Saturday, 23 March 2013

ISRAILIYYAT


Apa itu Israiliyyat? Pertama kali mendengar perkataan ini, fikiran aku blur sangat. Israiliyyat..ape tu? Sedang duk borak-borak dengan akak, aku tanyelah sal ni.. dia kate israiliyyat ni kisah-kisah  zaman dahulu yang di ceritakan oleh para Bani Israil yang ingin menyesatkan orang islam. Cerita yang masuk akal tetapi dalam yang sama boleh menyesatkan orang islam. Sekarang ni pun ramai yang terpengaruh dengan cerita-cerita yang di sebarkan. Malahan sangat susah untuk mengecamnya.
Kita biasa mendengar guru-guru, ustaz ustazah dan penceramah penceramah yang gemar menyelitkan cerita atau kisah yang kita tidak tahu dari mana sumbernya. Malahan seronok mendengarnya walaupun kita tak tahu betul atau salah.
Ada kisah macam kartun, dongeng , ada yang tidak masuk akal, tidak logic dan  tidak terdapat dalam al-quran dan hadis. Namun  kita sebagai pendengar tidak pernah mahu bertanya bahkan menerima sehaja bulat bulat kerana berkeyakinan bahawa mereka dikalangan agamawan tidak akan akan berbohong dalam menyampaikan ilmu.
Boleh ke kita mendengar atau menerima atau menghayati cerita dan kisah yang berbentuk Israiliyyat?


Berita-berita ini terbagi menjadi 3 kategori:

Pertama, berita yang diakui Islam dan dibenarkannya (Ini adalah haq)
Contohnya, seperti yang diriwayatkan al-Bukhari dan periwayat selainnya, dari Ibn Mas’ud RA, ia berkata, “Seorang rabi Yahudi datang menemui Nabi SAW seraya berkata, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya kami menemukan bahwa Allah SWT menjadikan seluruh langit di atas satu jari, seluruh bumi di atas satu jari, pepohonan di atas satu jari, air dan tanah di atas satu jari dan seluruh makhluk di atas satu jari, lalu Dia berfirman, ‘Akulah al-Malik (Raja Diraja).’ Rasulullah SAW tertawa mendengar hal itu hingga tampak gigi taringnya membenarkan ucapan pemuka Yahudi tersebut, kemudian beliau membaca ayat, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya pada hal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS.az-Zumar:67)

Kedua, berita yang diingkari Islam dan didustakannya (Ini adalah bathil)

Contohnya, seperti yang diriwayatkan al-Bukhari, dari Jabir RA, ia berkata, “Orang-orang Yahudi mengatakan, ‘bila suami menyetubuhi isterinya dari arah belakang, maka anaknya akan lahir bermata juling.’ Lalu turunlah firman Allah SWT, “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (QS.al-Baqarah:223)

Ketiga, Berita yang tidak diakui Islam dan tidak pula diingkarinya (Ini wajib kita berhenti membicarakannya)

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Ahli Kitab biasanya membaca taurat dengan bahasa Ibrani lalu menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada umat Islam. Maka Rasulullah SAW berkata, ‘Janganlah kalian benarkan Ahli Kitab dan jangan pula mendustakannya tapi katakanlah (firman Allah SWT), ‘Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.’” (QS.al-‘Ankabut:46)

Tetapi berbicara mengenai jenis ini dibolehkan jika kitatidak khawatir ia termasuk larangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Sampaikanlah dariku, sekali pun satu ayat, dan berbicaralah mengenai Bani Israil sesukamu. Barangsiapa yang mendustakanku secara sengaja, maka hendaklah ia persiapkan tempat duduknya di api neraka.” (HR.al-Bukhari)

Kebanyakan berita yang diriwayatkan dari mereka tersebut tidak banyak manfa’atnya bagi kepentingan agama seperti penentuan apa warna anjing Ashaabul Kahfi dan sebagainya.

Ada pun bertanya kepada ahli kitab mengenai sesuatu dari ajaran agama kita, maka hal itu haram hukumnya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian tanyakan kepada ahli kitab mengenai sesuatu pun sebab mereka tidak bisa memberi hidayah kepada kalian sementara mereka sendiri telah sesat. Jika kalian lakukan itu, berarti (antara dua kemungkinan-red.,) kalian telah membenarkan kebatilan atau mendustakan kebenaran. Sesungguhnya, andaikata Musa masih hidup di tengah kalian, pastilah ia akan mengikutiku.’”

Imam al-Bukhari juga meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA, bahwasanya ia berkata, “Wahai kaum muslimin, bagaimana mungkin kalian bertanya kepada ahli kitab padahal kitab yang Allah turunkan kepada nabi kalian itu adalah semata-mata informasi paling baru mengenai Allah yang tidak pernah lekang. Allah telah menceritakan kepada kalian bahwa ahli kitab telah mengganti kitabullah dan merubahnya lalu menulisnya dengan tangan mereka sendiri. Lalu mereka mengatakan, ‘Ia berasal dari Allah agar mereka membeli dengannya harga yang sedikit. Tidakkah melalui ilmu yang dibawa-Nya, Dia melarang kalian untuk bertanya kepada mereka (ahli kitab)? Demi Allah, kami sama sekali tidak pernah melihat seorang pun dari mereka yang bertanya kepada kalian mengenai apa yang telah diturunkan kepada kalian.”


Kaedah mengecam Israiliyyaat :

Bukanlah sesuatu perkara yang mudah untuk mengatakan sesebuah riwayat itu Israiliyyaat atau tidak. Ilmu yang amat mustahak yang tidak dapat tidak mesti dimiliki oleh mereka yang ingin menguasai bidang ini ialah Ilmu Tafsir al-Quran, khususnya yang melibatkan kisah-kisah al-Quran, Ilmu Mustholah Hadis, Ilmu Rijaal Hadis, di samping pengetahuan mendalam tentang hadis-hadis yang sohih dan tidak sohih berkenaan kisah para Nabi dan kisah-kisah lampau.

Di sini saya cuba menyenaraikan beberapa kaedah atau cara yang boleh membantu bagi mengenal atau mengecam Israiliyyaat. Kaedah ini diperolehi setelah penulis membuat kajian terperinci terhadap ciri-ciri Israiliyyaat yang terdapat di dalam Tafsir At-tobari dengan mengambil kira pandangan ulamak mu’tabar dalam membuat kritikan dalam riwayat-riwayat Israiliyyaat (lihat, Doktor Ahmad Najib Bin Abdullah. Tesis Ph.D, muka surat 40-66.Universiti Islam Madinah)

Supaya lebih teratur, saya bahagikan cara ini kepada empat sudut , pertama, pengamatan kepada sanad riwayat Israiliyyaat, kedua, pengamatan kepada matannya, ketiga, merujuk kepada  pandangan ulamak yang mu’tabar dalam bidang Israiliyyaat dan keempat, merujuk kepada sumber-sumber Yahudi sendiri.

No comments:

Post a Comment