
Apa itu
Israiliyyat? Pertama kali mendengar perkataan ini, fikiran aku blur sangat.
Israiliyyat..ape tu? Sedang duk borak-borak dengan akak, aku tanyelah sal ni..
dia kate israiliyyat ni kisah-kisah
zaman dahulu yang di ceritakan oleh para Bani Israil yang ingin
menyesatkan orang islam. Cerita yang masuk akal tetapi dalam yang sama boleh
menyesatkan orang islam. Sekarang ni pun ramai yang terpengaruh dengan
cerita-cerita yang di sebarkan. Malahan sangat susah untuk mengecamnya.
Kita biasa
mendengar guru-guru, ustaz ustazah dan penceramah penceramah yang gemar
menyelitkan cerita atau kisah yang kita tidak tahu dari mana sumbernya. Malahan
seronok mendengarnya walaupun kita tak tahu betul atau salah.
Ada kisah
macam kartun, dongeng , ada yang tidak masuk akal, tidak logic dan tidak terdapat dalam al-quran dan hadis.
Namun kita sebagai pendengar tidak
pernah mahu bertanya bahkan menerima sehaja bulat bulat kerana berkeyakinan
bahawa mereka dikalangan agamawan tidak akan akan berbohong dalam menyampaikan
ilmu.
Boleh ke
kita mendengar atau menerima atau menghayati cerita dan kisah yang berbentuk
Israiliyyat?

Berita-berita
ini terbagi menjadi 3 kategori:
Pertama,
berita yang diakui Islam dan dibenarkannya (Ini adalah haq)
Contohnya,
seperti yang diriwayatkan al-Bukhari dan periwayat selainnya, dari Ibn Mas’ud
RA, ia berkata, “Seorang rabi Yahudi datang menemui Nabi SAW seraya berkata,
‘Wahai Muhammad, sesungguhnya kami menemukan bahwa Allah SWT menjadikan seluruh
langit di atas satu jari, seluruh bumi di atas satu jari, pepohonan di atas
satu jari, air dan tanah di atas satu jari dan seluruh makhluk di atas satu
jari, lalu Dia berfirman, ‘Akulah al-Malik (Raja Diraja).’ Rasulullah SAW
tertawa mendengar hal itu hingga tampak gigi taringnya membenarkan ucapan
pemuka Yahudi tersebut, kemudian beliau membaca ayat, “Dan mereka tidak
mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya pada hal bumi seluruhnya
dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan
kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan.” (QS.az-Zumar:67)
Kedua,
berita yang diingkari Islam dan didustakannya (Ini adalah bathil)
Contohnya,
seperti yang diriwayatkan al-Bukhari, dari Jabir RA, ia berkata, “Orang-orang
Yahudi mengatakan, ‘bila suami menyetubuhi isterinya dari arah belakang, maka
anaknya akan lahir bermata juling.’ Lalu turunlah firman Allah SWT,
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.”
(QS.al-Baqarah:223)
Ketiga,
Berita yang tidak diakui Islam dan tidak pula diingkarinya (Ini wajib kita
berhenti membicarakannya)
Dari Abu
Hurairah RA, ia berkata, “Ahli Kitab biasanya membaca taurat dengan bahasa
Ibrani lalu menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada umat Islam. Maka
Rasulullah SAW berkata, ‘Janganlah kalian benarkan Ahli Kitab dan jangan pula
mendustakannya tapi katakanlah (firman Allah SWT), ‘Kami telah beriman kepada
(kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.’”
(QS.al-‘Ankabut:46)
Tetapi
berbicara mengenai jenis ini dibolehkan jika kitatidak khawatir ia termasuk
larangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Sampaikanlah dariku,
sekali pun satu ayat, dan berbicaralah mengenai Bani Israil sesukamu.
Barangsiapa yang mendustakanku secara sengaja, maka hendaklah ia persiapkan
tempat duduknya di api neraka.” (HR.al-Bukhari)
Kebanyakan
berita yang diriwayatkan dari mereka tersebut tidak banyak manfa’atnya bagi
kepentingan agama seperti penentuan apa warna anjing Ashaabul Kahfi dan
sebagainya.
Ada pun
bertanya kepada ahli kitab mengenai sesuatu dari ajaran agama kita, maka hal
itu haram hukumnya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad
dari Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah
kalian tanyakan kepada ahli kitab mengenai sesuatu pun sebab mereka tidak bisa
memberi hidayah kepada kalian sementara mereka sendiri telah sesat. Jika kalian
lakukan itu, berarti (antara dua kemungkinan-red.,) kalian telah membenarkan
kebatilan atau mendustakan kebenaran. Sesungguhnya, andaikata Musa masih hidup
di tengah kalian, pastilah ia akan mengikutiku.’”
Imam
al-Bukhari juga meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA, bahwasanya ia berkata,
“Wahai kaum muslimin, bagaimana mungkin kalian bertanya kepada ahli kitab
padahal kitab yang Allah turunkan kepada nabi kalian itu adalah semata-mata
informasi paling baru mengenai Allah yang tidak pernah lekang. Allah telah
menceritakan kepada kalian bahwa ahli kitab telah mengganti kitabullah dan
merubahnya lalu menulisnya dengan tangan mereka sendiri. Lalu mereka
mengatakan, ‘Ia berasal dari Allah agar mereka membeli dengannya harga yang
sedikit. Tidakkah melalui ilmu yang dibawa-Nya, Dia melarang kalian untuk
bertanya kepada mereka (ahli kitab)? Demi Allah, kami sama sekali tidak pernah
melihat seorang pun dari mereka yang bertanya kepada kalian mengenai apa yang
telah diturunkan kepada kalian.”
Kaedah mengecam Israiliyyaat :
Bukanlah
sesuatu perkara yang mudah untuk mengatakan sesebuah riwayat itu Israiliyyaat
atau tidak. Ilmu yang amat mustahak yang tidak dapat tidak mesti dimiliki oleh
mereka yang ingin menguasai bidang ini ialah Ilmu Tafsir al-Quran, khususnya
yang melibatkan kisah-kisah al-Quran, Ilmu Mustholah Hadis, Ilmu Rijaal Hadis,
di samping pengetahuan mendalam tentang hadis-hadis yang sohih dan tidak sohih
berkenaan kisah para Nabi dan kisah-kisah lampau.
Di sini
saya cuba menyenaraikan beberapa kaedah atau cara yang boleh membantu bagi
mengenal atau mengecam Israiliyyaat. Kaedah ini diperolehi setelah penulis
membuat kajian terperinci terhadap ciri-ciri Israiliyyaat yang terdapat di
dalam Tafsir At-tobari dengan mengambil kira pandangan ulamak mu’tabar dalam
membuat kritikan dalam riwayat-riwayat Israiliyyaat (lihat, Doktor Ahmad Najib
Bin Abdullah. Tesis Ph.D, muka surat 40-66.Universiti Islam Madinah)
Supaya
lebih teratur, saya bahagikan cara ini kepada empat sudut , pertama, pengamatan
kepada sanad riwayat Israiliyyaat, kedua, pengamatan kepada matannya, ketiga,
merujuk kepada pandangan ulamak yang
mu’tabar dalam bidang Israiliyyaat dan keempat, merujuk kepada sumber-sumber
Yahudi sendiri.
No comments:
Post a Comment